Liputan6.com, Jakarta: Mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII), Bachtiar Rivai menjelaskan bahwa organisasi Islam yang dianggapnya gadungan ini tidak pernah memberikan konsep yang jelas mengenai Negara Islam yang akan didirikan.
Bahkan menurut Bachtiar, sejak menjadi anggota NII tahun 1994 -1996 dirinya tidak mendapatkan nilai keislaman yang lebih baik. Meski mengatasnamakan Islam, menurutnya, NII justru tidak menjalankan ajaran Islam dengan benar.
"Ada tahapan pada awal prospek menjadi anggota NII. Pertama kita dijelaskan bagaimana membangun negara Daulah Islamiyah yang berdasarkan Alquran dan Hadits, namun ketika sudah masuk (NII) tidak ada nilai-nilai Islam yang disampaikan, bahkan orientasi yang dikemukakan selalu urusan uang," papar Bachtiar saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (28/4).
Pola-pola perekrutan anggota NII dengan cara cuci otak kata Bachtiar kurang pas, karena polanya selalu berbeda-beda tiap individunya, tergantung masalah yang sedang dihadapi calon korbannya tersebut. "Kurang pas kalau dikatakan pola perekrutannya dengan cuci otak, ini lebih kepada sugesti yang diberikan kepada korban, jadi polanya berbeda-beda. Contoh, untuk seorang pengangguran yang ditawarkan kepadanya adalah lapangan pekerjaan," ujarnya.
Saat ini menurutnya, kekuatan NII sebenarnya sudah jauh menurun bila dibandingkan beberapa tahun lalu, terlebih saat media kerap memberitakan keberadaan organisasi terlarang tersebut. "Kekuatannya (NII) sekarang sudah menurun. Anggota-anggotanya yang masih muda atau yang baru masuk NII sudah banyak yang sadar (keluar), dan yang seniornya kini sedang tiarap," ujarnya.
Namun, Bachtiar mengingatkan, meski saat ini kekuatan NII sudah menurun, masyarakat diminta tetap waspada terhadap gerakan-gerakan semacam ini, karena tidak menutup kemungkinan NII terus mencari korbannya.
"NII masih berpotensi mencari korbannya, bisa jadi (NII) berubah nama, jd masyarakat harus waspada terhadap modus-modus semacam ini," pungkasnya. (ARI)
